Rabu, 22 Agustus 2018

MENJADI SECANGKIR AIR DI KEMARAU YANG PANJANG

Takkan ada satupun alasan yang bisa menghentikan aku untuk berterimakasih kepada mereka, yang telah hadir di saat aku ragu akan kelangsungan hidupku. Mereka hadir dan menciptakan rasa sejuk, setelah sekian lama hatiku dilanda kemarau yang panjang. Sebelumnya harapanku hampir sirna tergerus oleh putus asa, tetapi kehadiran mereka membuat hatiku menjadi lebih nyaman dan membuatku semakin percaya diri. Mereka bagaikan setetas embun yang jatuh di ujung lidah, lalu mengalir masuk membasahi kerongkongan yang kering.

Aku menggantungkan harapanku setinggi bintang di langit namun harapan itu ibarat sebutir telur yang selalu jatuh ke tanah yang berbatu, lalu pecah dan hancur berserakan. Semua keinginanku untuk bangkit dari keterpurukan selalu jatuh dan terjatuh lagi, lalu tertanam jauh di dasar lubang yang gelap. Tetapi mereka hadir dan menjadi cahaya dalam hidupku. Mereka menjadi secercah cahaya, yang memandu aku keluar dari ruang yang gelap. Oleh mereka, keinginaku untuk hidup terus kembali muncul.

Sejak kehadiran mereka, aku mulai berani menepis ketidak yakinanku. Mereka benar-benar menjadi kekuatan bagiku, sehingga aku tampil lebih berani untuk melawan rasa takutku. Awalnya aku selalu tertunduk seperti pecundang, tetapi kini aku sadar, betapa berartinya aku bagi Tuhan. Semua karena mereka. Mereka telah menguatkan kakiku, sehingga aku mampu berdiri menanggung beban sekalipun beban yang sangat berat. 

Terimakasih Tuhan, Engkau telah mengutus mereka kepadaku. Tetaplah lindungi mereka. Walau secara biologis mereka adalah anakku, tetapi mereka telah menempatkan diri menjadi sahabat baik bagiku. Mudahkan mereka di atas jalan hidupnya. Dengan begitu, tersampaikanlah rasa terimakasihku kepada mereka.

SALAM GEMILANG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar